Kartasura, 1 September 2025-Alfiyyah Ibnu Malik adalah kitab klasik berisi seribu dua bait nazham tentang tata bahasa Arab (nahwu) yang hingga kini menjadi rujukan utama di banyak pesantren. Mengkhatamkan Alfiyyah bukanlah perkara mudah, karena membutuhkan ketekunan, hafalan, dan pemahaman mendalam. Untuk itulah, peringatan Haflah Ikhtitam Alfiyyah, sebuah acara syukuran atas selesainya pengajian kitab ini, selalu menjadi momen sakral dan penuh kebanggaan bagi para santri.
Suasana malam puncak Haflah Ikhtitam Alfiyyah Ibnu Malik Pondok Pesantren Al-Fattah Kartasura berlangsung meriah dan penuh khidmat. Ratusan tamu memadati area pesantren, mulai dari wali santri, alumni, tokoh masyarakat, hingga warga sekitar. Malam itu, sebanyak 40 santri Alfiyyah resmi diwisuda setelah menamatkan bait demi bait kitab legendaris karya Imam Ibnu Malik.
Sejak sore, rangkaian acara telah dimulai. Wisuda santri TPA lebih dahulu digelar, lalu setelah maghrib disusul penampilan hadroh Fathussyafa’at dan tari Ratoeh Jaroe oleh santri Al-Fattah. Memasuki malam, acara dibuka dengan prosesi wisuda Alfiyyah dan pembagian syahadah. Lantunan tahlil, doa, barzanji, dan ayat suci Al-Qur’an mengiringi suasana malam itu, menciptakan atmosfer religius sekaligus penuh sukacita.
Yang menarik, warga sekitar juga turut terlibat dalam kepanitiaan. Masyarakat bersama- sama bergotong royong dengan santri untuk menyukseskan hajatan akbar ini. Kolaborasi ini menjadi cerminan eratnya hubungan pesantren dan masyarakat, sehingga haflah bukan hanya milik santri, melainkan juga perayaan bersama warga.
Dalam sambutannya, KH. Dr. Mahbub, M.Si., pengasuh pesantren, berpesan agar para wisudawan menjadikan momentum ini sebagai awal perjalanan menuntut ilmu.
“Mudah-mudahan wisuda ini menjadi langkah awal untuk mendalami ilmu agama lainnya nanti,” ujarnya.
Beliau juga mengingatkan pentingnya pembinaan tiga kecerdasan sekaligus : intelektual, emosional, dan spiritual. Mengutip pepatah Arab :
شُبَّانُ الْيَوْمِ رِجَالُ الْغَدِ
“Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan”
Abah Mahbub menegaskan bahwa santri yang hari sedang berada di tahap proses ini, kelak diharapkan tumbuh menjadi tokoh-tokoh di masyarakat.
Acara puncak diisi dengan mau’idloh hasanah oleh KH. Muhammad Yusuf Chudlori (Gus Yusuf), pengasuh PP API Tegalrejo, Magelang. Dalam tausiyahnya, Gus Yusuf menyebut bahwa takdir menjadi santri adalah sebuah kenikmatan dan keindahan.
“Takdir menjadi santri adalah takdir yang indah dan nikmat, karena tidak semua orang ditakdirkan menjadi santri,” tuturnya.
Beliau juga menegaskan hal yang minimal dilakukan untuk menjaga kesantrian :
“Ojo leren le ngaji, mergo nek kowe leren ngaji, saat itulah kowe dadi anak bodoh. Ojo leren dadi santri, kerono sing jenenge dadi santri iku bakal disuwun nganti dino qiyamah.”
Menutup pesannya, Gus Yusuf mengutip sabda Nabi :
من يرد الله به خيرا يفقه فى الدين
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, maka Allah akan menjadikannya mendalami agama.”
Acara diakhiri dengan doa penutup oleh KH. Amin, yang semakin menambah kekhusyukan malam. Setelah itu, lantunan hadroh kembali menggema sebagai penutup, membawa suasana meriah dan haru sekaligus.
Haflah tahun ini bukan sekadar seremoni wisuda, tetapi momentum kebersamaan: kolaborasi antara santri, pesantren, dan masyarakat dalam menjaga tradisi keilmuan sekaligus mempererat silaturahmi. Semoga dengan adanya acara ini, dapat menumbuhkan rasa semangat bagi para santri, baik yang belum menyelesaikan mengaji Alfiyyah, maupun yang sudah. Dan semoga semua ilmu yang diperoleh bisa bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Add Comment