Teknologi alih-alih mendekatkan, malah menjauhkan para santri untuk bercengkrama dengan teman sebelahnya.

Smartphone merupakan alat canggih yang mempermudah pekerjaan manusia di era saat ini. Dunia serasa dalam genggaman saat Anda memiliki smartphone. Namun, smartphone dapat menjadi negatif apabila penggunaannya tidak disikapi dengan bijak.
Dalam pelatihan pengelolaan website Ponpes Al Fattah (baca: pelatihan menulis menggunakan smartphone), para santri membawa smartphone untuk menyampaikan gagasannya.
Namun, menulis bukanlah perkara mudah bagi seorang santri. Menurut salah seorang santri yang tak mau disebutkan namanya, bahwa menghilangkan kebiasaan buruk itu susah. Santri lebih senang bermain media sosial dibandingkan menulis di website pondok mereka.
Berdasarkan pengamatan menulis, sebelum acara pelatihan dimulai, hampir 50 persen peserta membuka aplikasi chating WhatsApp. Beberapa santri terlihat tersenyum sendirian sambil membaca pesan, tanpa mempedulikan teman duduk sebelahnya.
Sejumlah 20 persen peserta sedang mencoba untuk menulis, dan 30 persen asyik mengobrol dengan teman sebelahnya.

Angka tersebut di atas tidak bisa disebut valid, karena penulis hanya memperkirakan prosentasenya saja 😀 . Namun, penulis berani menjamin bahwa santri sudah terbiasa menggunakan media sosial di keseharian mereka. Santri sudah terbiasa untuk membuat opini, artikel pendek, cerpen, puisi, atau pun menceritakan kegiatan mereka dalam media sosial. Kebiasaan ini lah yang harus dijadikan terarah.
Tugas berat di depan menanti, santri harus mengubah dirinya sendiri. Semua tulisan opini, artikel, cerpen, puisi, bahkan berita kegiatan harus dialihkan ke website Pondok Pesantren milik mereka. Jadikanlah smartphone untuk membuat konten positif di internet, dan santri akan semakin mewarnai masyarakat.
Add Comment