Opini

Pesanku untuk kalian

Wahai kawan, bagaimana kabarmu? Apakah engkau senantiasa tertawa dalam hari-harimu? Apa yang telah engkau lakukan sampai masa ini? Engkau selalu terjatuh dan bertindak tanpa pikir panjang, tetapi engkau tidak menyadari kesalahanmu.
Wahai kawan, siapakah menurutmu orang yang paling mencintaimu? Apakah engkau lupa dengan mereka berdua? Manakah yang lebih banyak antara amal kebaikanmu dibandingkan amal keburukanmu? Lantas bagimana sekiranya orang yang paling mencintaimu ini tahu keadaanmu saat ini?

Wahai kawan, semua yang telah engkau kenakan bukanlah atas hasil usahamu. Sesungguhnya engkau hanyalah orang yang papa, tetapi engkau berlaku seenak dan semaunya. Engkau habiskan nafaqah mereka dengan keinginanmu, bukan kebutuhanmu. Janganlah engkau berlaku demikian, sesungguhnya aku khawatir jika semua keinginanmu akan membuat Allah menjadikanmu lupa pada tanggung jawabmu.

Wahai kawan, Tidakkah engkau merindukan mereka berdua? Engkau telah menjadi musafir dan meninggalkan mereka. Engkau hampir tidak pernah melihat mereka. Jika suatu saat nanti engkau kembali ke tempat kelahiranmu, apa yang akan engkau katakan pertama kali kepada mereka berdua?

Wahai kawan, Sesungguhnya engkau tidak tahu menahu kapan dirimu akan meninggalkan dunia ini. Bagaimana menurut pandanganmu jika engkau telah pergi sebelum sempat kembali ke keluargamu? Bagaimana menurut pandanganmu jika engkau telah pergi sedangkan belum sempat membalas kebaikannya? Oleh karena itu jadikanlahlah harimu senantiasa mengingat mereka, bekerjalah yang tekun dan doakanlah mereka di setiap sujudmu.

Wahai kawan, aku ingin bertanya kepadamu, apakah engkau bersyukur mempunyai kedua orang tuamu?

Wahai kawan, jika engkau telah menjadi musafir, apakah engkau sering kembali pulang? Sesungguhnya kembali kepada keluarga adalah kerinduan, tetapi tidakkah engkau malu kepada mereka akan dirimu sendiri?

Wahai kawan, orang tua memang sudah senang saat engkau kembali dengan selamat, tetapi hendaknya engkau membawa hadiah kepada mereka. Jika engkau tidak bisa memberikan harta kepada mereka, maka datanglah dengan pribadi yang selalu lebih baik.

Wahai kawan, jika engkau telah menjadi musafir, maka janganlah engkau pergi terlalu lama. Luangkanlah waktumu, temuilah mereka, karena engkau tidak akan tahu kapan terakhir kali berbuat baik kepada mereka. Sesungguhnya mereka sedih saat berpisah denganmu dan ingin melihatmu kembali.

Wahai kawan, engkau mempunyai seorang Ayah yang kuat, sehingga engkau mengaguminya. Ia selalu menegakkan badannya agar engkau selalu bertanya kepadanya. Ia selalu menuruti apa yang engkau inginkan agar engkau senantiasa tersenyum kepadanya.

Wahai kawan, apakah engkau malu mempunyai seorang Ayah? Jagalah kecintaan Ayahmu dan jangan engkau memutuskannya. Pergauilah dengan baik orang-orang yang Ayahmu mencintai mereka agar Allah tidak meredupkan cahaya imanmu.

Wahai kawan, engkau mempunyai seorang malaikat yang amat mulia di sisi Allah dan Nabimu. Sesungguhnya sebelum engkau lahir kedunia engkau bertanya kepada Rabmu :

“Wahai Rab, bagaimana cara aku hidup didunia?” Rabmu menjawab, Saya telah memilih satu malaikat untukmu. Ia kan menjaga dan mengasihimu.” Engkau kemudian menimpali, Tetapi di dalam surga ini saya hanya bernyanyi dan tertawa. Padahal ini sudah membuat saya cukup bahagia. Rabmu menjawab, “Malaikatmu akan tersenyum untukmu setiap hari . Kamu akan merasakakan kehangatan cintanya dan lebih berbahagia. Lalu engkau berkata, Bagaimana saya bisa paham apa yang orang-orang perbincangkan kepadaku jika saya tidak mengerti bahasa mereka?. “Malaikatmu akan berbincang kepadamu dengan bahasa yang paling indah yang pernah kamu dengar. Dengan penuh kesabaran dan perhatian, dia akan mengajarkanmu cara berbicara. Lalu apa yang akan saya lakukan saat saya ingin berbicara kepada-Mu? Malaikatmu akan mengajarkanmu cara berdoa.

“Saya mendengar banyak orang jahat di dunia. Siapa yang akan melindungiku? Malaikatmu akan melindungimu, walaupun hal tersebut akan mengancam jiwanya. Tapi saya pasti akan merasa sedih karena saya tidak penah melihat-Mu lagi. Malaikatmu akan menceritakan kepadamu tentang Aku. Ia juga akan mengajarkanmu cara agar kamu bisa kembali kepada-Ku, walaupun sesungguhnya Aku akan selalu berada di sisimu. Saat itu suara surga begitu tenang sehingga suara dari dunia dapat terdengar. Engku kemudian bertanya perlahan, Ya Rabb jika saya harus pergi sekarang, dapatkah Engkau memberitahu nama malaikat tersebut? Kamu akan memanggil malaikatmu, Ibu. Ingatlah selalu kasih sayang Ibu, berdoalah untuknya dan cintailah dia sepanjang masa.”

Wahai kawan, engkau mempunyai Ibu. Ia mungkin sering memarahimu, tetapi bukankah engkau semakin dekat dengannya? Ia sering menegurmu karena ia amat penyanyang kepadamu. Engkau adalah satu-satunya harapan hidupnya. Ia ingin selalu disampingmu. Saat engkau pergi meninggalkannya, tahukah engkau bagaimana perasaannya? Bukankah saat engkau kembali ia segera mendatangimu untuk memelukmu? Walaupun engkau terkadang malu.

Wahai kawan, janganlah engkau mengangkat suaramu kepadanya. Jika engkau melakukannya, niscaya hatimu akan semakin gelap. Bersikap lemah lembutlah, karena ia telah menanamkan kelembutan didalam dirimu. Berkatalah yang baik, sebagaiman ia dahulu tersenyum saat engkau bertanya kepadanya. Bersabarlah, sebagaimana dahulu ia mengantarkamu kemanapun engkau ingin pergi. Sebagaimana ia mau menggendongmu kemanapun ia pergi.

Wahai kawan, cinta orang tua kepadamu tidaklah akan sebanding dengan sebesar apapun cintamu kepada mereka. Tidak akan ada satupun amalmu yang akan dapat menyamai amal mereka. Lantas, kenapa saat mereka datang kepadamu engkau mengacuhkan mereka? Kenapa engkau lebih mementingkan dirimu dari kepentingan mereka? Wahai kawan, satu permintaan mereka yang engkau kabulkan sudah cukup membahagiankan hidup mereka, sedangkan seratus permintaanmu yang mereka kabulkan tak pernah membuatmu puas? Bagaimana engkau ini?

Wahai kawan, tidakkah engkau malu kepada mereka? Tidakkah engaku sadar bahwa hanya satu doa yang selama ini engkau ucapkan setelah shalat? Bagaimana menurut pandangamu terhadap dirimu sendiri jika engkau sendiri pergi tanpa mendoakan mereka?

Wahai kawan, engkau selalu berkata ingin membahagiakan orang tuamu, tetapi amalmu tidak sebanding dengan perkataanmu. Sesungguhnya Ali bin Abi Thalib pernah berkata :

Barang siapa yang menyangka ia dapat sampai pada yang didinginkannya tanpa usaha, maka ia adalah orang yang hanya berangan-angan. Dan barang siapa yang yang menyangka ia sampai pada yang diinginkannya tanpa usaha, maka ia adalah orang yang tidak membutuhkan rahmat Allah.

Wahai kawan, bagaimana engkau ini, engkau senantiasa menyebut kebaikanmu kepada mereka dan melupakan kebaikan mereka, padahal engkau tahu satu jasa mereka tidak pernah mungkin terbalas dengan saratus jasamu.

Wahai kawan tidakkah engkau teringat saat wajah mereka bahagia? Saat mereka bisa tertawa dengan puas saat merawatmu dahulu. Saat mereka mengajarkanmu berbagai macam hal yang belum engkau ketahui. Jika sekarang engkau telah mengetahui apa yang membuat mereka tersenyum, maka kerahkankanlah seluruh usahamu kesana.

Wahai kawan berusahalah yang terbaik untuk hidupmu dan keluargamu. Jadilah pribadi seperti mereka. Teruslah berjalan. Yakinlah bahwa engkau pasti bisa berhasil mencapai seluruh impianmu bersama kedua orang tuamu.

Wahai kawan, Orang tuamu merupan pendamping terbaik dalam hidup ini. Engkau telah melalui senang dan sedih, canda dan tawa bersama mereka berdua. Saat masa perpisahan itu tiba, menangislah sampai engkau dapat mengusap air matamu, karena air mata merupakan tanda bahwa engkau amat mencintai mereka.

Wahai kawan, sesungguhnya kado terindah bagi mereka adalah engkau menjadi anak yang shalih dan shalihah. Jika mereka masih hidup, maka berikanlah kado kesuksesanmu saat engkau kembali nanti. Jika mereka telah tiada, maka teruslah berdiri dan langkahkanlah kakimu ke depan. Karena sesungguhnya mereka akan tersenyum saat engkau tersenyum di dunia ini. Jadilah engkau orang yang kuat dan tegar seperti Ayahmu, lembut dan penyanyang seperti Ibumu.

Wahai kawan, bersyukurlah kepada Rabmu, karena Ia akan mempertemukan kembali antara dirimu dan orang tuamu. Wahai kawan, orang tuamu berpesan :

Wahai anakku, kami selalu menanti kepulanganmu..

Wahai anakku, jika suatu saat nanti engkau sampai di depan pintu gerbang surga terlebih dahulu, maka tunggulah kami berdua. Sambutlah kedatangan kami berdua dengan senyummu…

Wahai anakku, kami ingin masuk surga bersamamu dan memegang tanganmu kembali sebagaimana dahulu di dunia…

Wahai anakku, jika kami berdua sampai terlebih dahulu di pintu gerbang surga dan seluruh manusia telah masuk kedalamnya. Maka kami berdua akan menunggu kedatanganmu, sebagimana dahulu kami menunggu kelahiranmu di dunia….

Wahai Ayah dan Ibu, kami sungguh mencintaimu. Tunggulah kami dan dan ijinkanlah agar kami menjadi anak yang dapat berbakti kepadamu sampai sang pencabut nyawa mendatangi kami atau Ayah dan Ibu.

Wahai kawan, Penuhilah dirimu dengan kasih sayang, karena ia akan menebarkan bau terharum di dunia, sebagimana kasih sayang orang tua yang dapat engkau rasakan sejauh manapun engkau pergi. Barang siapa yang memilikinya, maka ia akan menjadi orang yang terbaik diantara manusia.

Wahai kawan, Janganlah engkau berputus asa. InsyaAllah, suatu saat nanti engkau pasti bisa menemui mereka dengan senyuman terindah yang engkau punya. Bersabarlah, tersenyumlah dan kembalilah dengan engkau ridho kepada mereka dan mereka ridho kepadamu.

Wahai kawan, Berjuanglah… bahagiakanlah mereka sebagaimana mereka telah membahagiakanmu hingga saat ini.

Wahai kawan, cukuplah aku tutup nasihatku kepadamu dengan firman Allah :

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan kasih sayang dan ucapkanlah, Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidikku sejak kecil. (Al Isra 24)

Ditulis oleh : Arif Ahmad

About the author

Redaksi PP Al-Fattah

Redaksi PP Al-Fattah

Website dikelola oleh tim redaksi Pondok Pesantren Al-Fattah

Add Comment

Click here to post a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.